SANDIWARA CINTA
Tiada salah bilamana kita mengantungkan Cinta / Cita
Setinggi bintang dilangit.
Sebab cinta itu... Harapan setiap Jiwa
Dan cita' itu....... Impian menuju bahagia..
Kita pernah membahas bagaimana Jatuh Cinta
Tidak menjatuhkan seseorang pada titik kerendahan
Melainkan membumbungkan dua insan pada puncak ketinggian.
Cinta juga dapat diibaratkan Gemerlab bintang
Dimana ia hanya akan tampak diwaktu malam
Dan sirna diwaktu Teriknya siang..
Artinya cinta tidak dapat dilihat oleh pandangan Bola mata.
Karna cinta bukanlah satu objek yang dapat dijelaskan oleh logika
Tetapi cinta Tentulah dapat di proyeksikan melalui Cita
{keinginan satu pencapaian.}
Dan hanya mereka" yang membuka mata bhatinnya.
Dapat melihat Cinta'..
Pejamkanlah Mata seorang Yang dilanda Rasa Cinta
Lalu tanyakanlah padanya..
Gerangan syirat apa yang dilihatnya ?
Tentu" Ia akan menjawab Dengan senyuman
Dan Berkata sunguh Cantik puja'an hatinya..
Begitu banyak yang pandai berkata cinta.
Tetapi ranum tuk memahami arti dari penghayatannya..
Keutama'an mencintai Allah Swt. itu dalam bentuk Amal.
Yaitu mencintai sesuatu yang ia perintahkan
Terutama untuk diri sendiri.
Sebab mereka yang menegak-kan kewajiban itu...
Bukan untuk sang pencipta Allah Swt.
Melainkan bekal kita sebagai mahluk yang dicipta.
Bagaimana mungkin kita katakan buah ini Manis.
Bila tidak turut merasakannya
Artinya apapun bentuk penghayatan cinta itu..
Utamakan untuk diri sendiri terdahulu dengan begitu kita akan faham
dan memahami arti kebutuhan sebagai mahluk
Barulah kita mengamalkan dalam bentuk pengamalan.
Yakni mencintai seseorang karna perintah Allah.
Hal ini tentu berlaku baik untuk kaum wanita maupun pria.
meskipun cita membedakan prihal selera
Untuk itu pandai pandailah menjaga risalah hati
Bagi kaum Pria perhatikan bidak tanahmu
Tanamlah benih cinta kasihmu dilahan nan subur.
Untuk wanita. ingatlah akan tangung jawab sang tangkai (Suami)
Ialah yang menopang setiap kelopak indahmu,
Amanahlah selalu sebagaimana tangkai tak pernah meninggalkan tangung jawabnya terhadap bunga meskipun tiada kelopak yang bersisa di dahannya.
Ia rela mengering rapun - patah hingga sirna..
Tiada salah bilamana kita mengantungkan Cinta / Cita
Setinggi bintang dilangit.
Sebab cinta itu... Harapan setiap Jiwa
Dan cita' itu....... Impian menuju bahagia..
Kita pernah membahas bagaimana Jatuh Cinta
Tidak menjatuhkan seseorang pada titik kerendahan
Melainkan membumbungkan dua insan pada puncak ketinggian.
Cinta juga dapat diibaratkan Gemerlab bintang
Dimana ia hanya akan tampak diwaktu malam
Dan sirna diwaktu Teriknya siang..
Artinya cinta tidak dapat dilihat oleh pandangan Bola mata.
Karna cinta bukanlah satu objek yang dapat dijelaskan oleh logika
Tetapi cinta Tentulah dapat di proyeksikan melalui Cita
{keinginan satu pencapaian.}
Dan hanya mereka" yang membuka mata bhatinnya.
Dapat melihat Cinta'..
Pejamkanlah Mata seorang Yang dilanda Rasa Cinta
Lalu tanyakanlah padanya..
Gerangan syirat apa yang dilihatnya ?
Tentu" Ia akan menjawab Dengan senyuman
Dan Berkata sunguh Cantik puja'an hatinya..
Begitu banyak yang pandai berkata cinta.
Tetapi ranum tuk memahami arti dari penghayatannya..
Keutama'an mencintai Allah Swt. itu dalam bentuk Amal.
Yaitu mencintai sesuatu yang ia perintahkan
Terutama untuk diri sendiri.
Sebab mereka yang menegak-kan kewajiban itu...
Bukan untuk sang pencipta Allah Swt.
Melainkan bekal kita sebagai mahluk yang dicipta.
Bagaimana mungkin kita katakan buah ini Manis.
Bila tidak turut merasakannya
Artinya apapun bentuk penghayatan cinta itu..
Utamakan untuk diri sendiri terdahulu dengan begitu kita akan faham
dan memahami arti kebutuhan sebagai mahluk
Barulah kita mengamalkan dalam bentuk pengamalan.
Yakni mencintai seseorang karna perintah Allah.
Hal ini tentu berlaku baik untuk kaum wanita maupun pria.
meskipun cita membedakan prihal selera
Untuk itu pandai pandailah menjaga risalah hati
Bagi kaum Pria perhatikan bidak tanahmu
Tanamlah benih cinta kasihmu dilahan nan subur.
Untuk wanita. ingatlah akan tangung jawab sang tangkai (Suami)
Ialah yang menopang setiap kelopak indahmu,
Amanahlah selalu sebagaimana tangkai tak pernah meninggalkan tangung jawabnya terhadap bunga meskipun tiada kelopak yang bersisa di dahannya.
Ia rela mengering rapun - patah hingga sirna..